Jumat, 23 Desember 2011

Psikologi Agama


PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA

  1. PENDAHULUAN
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itubukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan riset dan hasil observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Berdaberdasarkan kesimpulan diatas, manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitive hingga yang paling modern. 1
Begitu halnya dengan anak-anak dan remaja, mereka juga memiliki keinginan-keinginan untuk mengabdikan diri mereka kepada Tuhan. Akan tetapi masa remaja itu adalah masa yang penuh dengan kegoncangan. Hal itu disebabkan karena adanya pengaruh yang terus-menerus mengeniai diri mereka. Baik pengaruh dari internal maupun eksternal. Dalam pembahasan kali in pemakalah akan menjelaskan bagaimana fase-fase perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja.
  1. POKOK PERMASALAHAN
  1. Siapakah anak dan remaja itu?
  2. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada anak?
  3. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?



  1. PEMBAHASAN
  1. Siapakah anak dan remaja itu?
umur 0-4 atau 5 tahun masa kanak-kanak (infancy), tahap ini di dominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi yaitu masa manusia masih sama dengan binatang. Umur 5-12 tahun, tahap ini mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi manusia, perasaan-perasaan yang dominan dalam periode ini adalah ingin main-main, lari-lari, loncat-loncat dan sebagainya. Yang pada intinya untuk melatih ketajaman indera dan ketrampilan anggota tubuhnya. 2
Sangatlah dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa atau seseorang yang menunjukkan perilaku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya, mendefinisikan pemuda ternyata tidak semudah itu.3
Umur 15-20 tahun dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi dalam tahap ini terjdi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri gejala lain yang juga timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks.4
Remaja dalam rangkaian hidup seseorang, berarti individu yang berkembang menjadi penuh dewasa dan nantinya akan menjadi orang tua. Kenyataan menunjukkan adanya fase-fase perkembangan manusia, dari kanak-kanak menjadi anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan masa tua. Lebih jauh para ahli ilmu jiwa perkembangan merinci pembahasannya tentang psikhis menjadi:
  • Fase prenatal, Bayi (0-3 tahun)
  • Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
  • Anak sekolah (6-12 tahun)
  • Pemuda/remaja (13-22 tahun)
  • Dewasa (23-45 tahun) atau (17-40 tahun)
  • Dan masa tua.5
Menurut penyelidikan para ahli ilmu jiwa, jangka masa tiap-tiap masa tersebut berbeda-beda. Demikian pula masa remaja. Justru karena itu, maka mereka tidak mempunyai kata sepakat tentang berapa panjangnya masa remaja tersebut.6 Sebagian mengatakan umur remaja itu 15 tahun. Adapula yang mengatakan 18 tahun. Dan tidak sedikit yang mengatakan sempai 21 tahun. Kendati demikian, namun para ahli mengambil patokan antara 13-21 tahun adalah umur remaja.7
Dalam usia ini dikenal adanya tiga fase. Yaitu fase pueral, fase negative, dan fase puberitas.?
  1. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada anak?
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh.8
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan jiwa keagamaan pada anak-anak itu melalui beberapa fase. Ia mengatakan bahwasanya ada tiga fase:
  1. The Fairy Tale Stage (fase dongeng)
Fase ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada fase ini konsep tentang Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.

  1. The Realistic Stage (fase kenyataan)
Fase ini dimulai sejak anak asuk sekolah dasar hingga ke usia adolesense. Ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas).

  1. The Individual Stage (fase individu)
Pada fase ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.9
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan cirri yang mereka miliki. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.
  1. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.
Menurut W. Starbuck perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan jasmani dan rohaninya:
  1. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama merakapun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, social, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
  1. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. kehidupan religious akan cenderung mendorong remaja lebih dekat kearah hidup yang religious pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual.

  1. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan mereka, timbul konfik antara pertimbangan moral dan material. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka jiwa mereka lebih cenderung untuk bersikap materialis.

  1. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasaberdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Type moral para remaja juga mencakup self-directive, adaptive, submissive, unadjusted, dan deviant.

  1. Sikap dan Minat
Sikap dan minat para remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan mereka waktu kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.

  1. Ibadah
Pandangan remaja terhadap ajaran agama, ibadah, dan masah doa hanya 17% yang mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan tuhan, sedangkan 26% diantaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media meditasi.10



  1. KESIMPULAN
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itubukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan riset dan hasil observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya.
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.

  1. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak dan Remaja. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
1 Jalaluddin. Psikologi Agama. Jkarta: PT. Raja Grafindo Persada.2005. Hal. 53

2 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 2.

3 Ibid, hal. 4.

4 Ibid, hal. 6.

5 Agus suyanto dalam muslich. Psikologi Perkembangan. Jakarta. 1981. Hal. 174

6 Zakiah Daradjat dalam muslich. Ilmu jiwa Agama. Hal. 88

7 Ibid. hal. 89

8 http://ramdonisuka.blogspot.com/2011/03/perkembangan-jiwa-beragama-pada-masa.html

9 Jalaluddin. Psikologi Agama. Jkarta: PT. Raja Grafindo Persada.2005. Hal. 66-67

10 Ibid. hal. 77



DAFTAR PUSTAKA
Haris, Yuke. 2007. Psikologi Baru Pengembangan Diri. Yogyakarta: Pustaka Baca.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Muslich. 1924. Karsa Menegakkan Jiwa Agama Pada Diri Remaja. Jakarta: DEPAG RI.
Wirawan, Sarlinto.2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo Persada.
 


Rabu, 21 Desember 2011

Psikologi


MEMORY

I.    PENDAHULUAN
Memory dapat juga diartikan sebagai ingatan. Dengan adanya kemampuan mengingat dalam diri manusia, menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan, dan mendatangkan kembali pengalaman-pengalaman serta pelajaran-pelajaran yang pernah dialaminya. Memory juga merupakan unsur-unsur dalam diri manusia yang pada dasarnya dimiliki oleh tiap-tiap manusia, adapun jika dikemudian hari manusia terkena sindrom lupa hal itu merupakan komponen yang terdapat dalam tiap memory, yang wajar dialami pada manusia, akan tetapi lupa merupakan efek buruk yang mengiringi memory yang dapat dikalarifikasikan menurut tiap-tiap tingkatannya, untuk lebih jelasnya makalah ini akan memaparkan pengenai memory serta unsur-unsur yang berkaitan dengannya.
II.    RUMUSAN MASALAH
A.     Pengertian memory atau ingatan
B.     Unsu-unsur Memory
C.     Sifat-sifat daya ingat
D.     Teori tentang lupa
E.      Cara meningkatkan daya ingat

III.    PEMBAHASAN
A.     Pengertian Memory
Ada beberapa pengertian mengenai memory, diantaranya tiga pengertian memory, yaitu:  
1.      Kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan dimasa yang akan datang. Kemampuan ini secara lebih luas dapat juga dipahami sebagai kemampuan untuk mengubah informasi menjadi simbol-simbol untuk disimpan yang pada suatu saat akan dipanggil kembali untuk digunakan. Jika ini pengertian yang digunakan, memory dipahami dalam konteks fungsi.
2.       Memory dapat juga dipahami dalam kaitannya dengan isi memory. Ini berarti kita membayangkan secara metaforik seperti kotak pos yang tersimpan dikantor pos besar yang memiliki kotak-kotak penyimpanan dengan cara mengenali registernya. Hal ini juga berarti kita memahami sebagai sebuah tempat penyimpanan memory.
3.      Pemahaman ketiga bagi memory adalah sebagai  proses pengenalan dan pemahaman satu informasi yang dimulai dari penerimaan input dan diikuti oleh pemberian arti penyimpanannya dalam kotak-kotak memori untuk digunakan dan dipanggil pada saat dibutuhkan.
Dengan demikian pengertian dari memori adalah kemampuan untuk mengenal objek rangsang (input, stimulus) dan mengambil alih informasi tersebut ke dalam sensory register (acquisition) untuk kemudian disimpan dalam proses pengundangan (stogare), dan dipanggil kembali pada saat dibutuhkan (retieval, recall).

B.     Unsur-unsur Memory
Menurut ahli psikologi, dalam sistem ingatan memerlukan tiga hal, yakni: memberi kode (encoding), menyimpan (storage), dan mengeluarkan atau mengingat kembali (retrieval).[1] Istilah yang lain yang sering digunakan yaitu: memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering).[2]
a.       Penyusunan kode (encoding)
Di dalam tahap ini pesan yang diperoleh dari gejala fisik mengalami transformasi menjadi semacam kode yang dapat diterima ingatan. Dalam ingatan yang yang disimpan ialah hal-hal yang pernah dialami seseorang. Seseorang memperoleh pengalaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) dengan cara sengaja, dan 2) dengan cara tidak sengaja.

b.      Penyimpanan (storage)
Pada tahap ini informasi yang telah diterima dan diseleksi untuk disimpan ke dalam daftar (sensory register) dan jejak memori (memory traches) agar dapat dipanggil kembali apabila diperlukan.  Dalam tahap ini terjadi proses pemeliharaan stimulus/imput di dalam sistem memori otak.

c.       Mengingat kembali (retieval)
Tahap ini merupakan tahap dimana diharapkan informasi yang telah disimpan dapat dipanggil kembaliuntuk digunakan pada saat seseorang membutuhkan benrukan dan hasil pemprosesan informasi dan penyimpanan dalam sistem memori otak. Jika terjadi kegagalan dalam proses pemanggilan ini, maka terjadi proses yang disebut dengan “lupa”.

C.     Sifat-sifat Daya Ingat
Daya ingat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a.       Daya ingat mekanis, artinya daya ingatan itu hnya kesan-kesan penginderaan.
b.      Daya ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.
Prestasi ingatan berhubungan erat dengan kondisi jasmani. Dalam kadaan lelah, sakit, atau kurang tidur misalnya dapat menurunkan prestasi ingatan. Hubungan umur dengan daya ingatan dintaranya:
-          Pada umur 10-15 tahun baik sekali untuk daya ingatan mekanis.
-          Pada umur 14-50 tahun baik untuk daya ingat logis.
-          Sejak umur 50 tahun, orang  mengalami sudah mulai pikun, artinya sering mngalami lupa, meski sesungguhnya apa yang harus diingat kadang-kadang dipegang bahkan dipakainya sendiri.[3]

Sifat-sifat daya ingat diantaranya, yaitu:
-          Ingatan yang mudah dan cepat, artinya dalam waktu singkat dapat memahami suatu hal tanpa kesulitan dan mudah menerima kesan-kesan.
-          Ingatan yang setia, artinya kesan yang telah diterimanya akan disimpan sebaik-baikny dan tidak akan berubah melainkan tetap cocok dengan keadaan ketika ia pertama kali menerimanya.
-          Ingatan yang teguh atau kuat, artinya dapat menyimpan pesan dalam waktu lama dan tak mudah lupa.
-          Ingatan yang luas, artinya dapat menyimpan kesan yang banyak.
-          Ingatan yang siap, artinya dapat dengan mudah memproduksi pesan.
-          Ingatan yang mudah dan patuh, artinya dapat mereproduksikan kembali kesan-kesan dengan mudah dan tidak kurang dari kesan semula.[4]

D.     Teori Tentang Lupa
                Lupa maerupakan sifat manusia pada umunya. Kesan-kesan dari hasil pengamatan tidak selalu  disadari. Bahkn sebagian besar kesan-kesan tersebut terletak pada tak sadar yang menyebabkan kita lalu tidak ingat lagi.[5] Adapun penyebab kelupaan, yaitu:
a.       Karena sakit sehingga otak kita terganggu.
b.      Karena kesan yang diterima telah berlangsung dalam waktu yang lama.
c.       Karena kesan yang diterima tidak menarik perhatian sehingga tanggapannya atau ingatannya tak setia.
d.      Karena masuknya tanggapan yang baru, sehingga tanggapan yang lama jadi terdesak (inhibitie retro active).
e.       Karena situasi-situasi tertentu.


            Ada empat cara untuk menerangkan proses lupa yang saling berkaitan, yaitu:
a.       Apa yang telah kita ingat, disimpan pada bagian tertentu di otak. Apabila materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu akan terhapus dari otak dan kita tidak dapat mengingatnya kembali.
b.      Mungkin materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secar sistematik, adapun prinsip-prinsipnya:
Ø  Penghalusan: materi berubah bentuknya kearah bentuk yang lebih simetris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
Ø  Penegasan: bagian-bagin yang mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan, dan dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanya bagian-bagian yang mencolok saja.
Ø  Asimilasi: kita mengingat sebuah benda, namun kita tidak ingat bentuk asli dari benda tersebut.
c.       Kalau kita mempelajari suatu hal yang baru, mungkin hal-hal yang pernah kita ingat tidak dapat kita ingat lagi.
d.      Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi, hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani. Hal ini akn kit lupakan dengan sengaja sekalipun proses lupa yang sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi di luar alam sadar kita.[6]

E.      Cara meningkatkan Daya Ingat
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya, yaitu sebagai berikut[7]:
a.       Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi.
b.      Retriever, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu.
c.       Pembaruan Ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan hanya timbul kalau kalau ada hal yang merangsang ingatan itu.
d.      Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah  menjumpai sebagian dari hal tersebut.
e.       Mempelajari Kembali, terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari.
f.       Pembayangan dan penyandian, dengan pembayangan suatu hal akan mempermudah kita dalam mengingat sesuatu. Hal ini merupaka cara utama untuk meningkatkan daya ingat, setelah itu kita lakukan penyandian dengan kata kunci sesuatu yang telah kita ingat.
g.       Penguraian, semakin kita luas menguraikan sesuatu, semakin mudah kita mengingat atau mengenalinya kemudian.
h.      Konteks dan Pengingatan, konteks merupakan isyarat pengingatan yang kuat, kita dapat meningkatkan daya ingat dengan mengulang konteks dimana kejadian terjadi. Setelah itu kita melakukan pemgingatan tentang sesuatu yang terlupa.
i.        Orgasnisasi, selama penyandian meningkatkan pengingatan selanjutnya. Kita da[at mengambil sejumlah besar informasi jika kita mengorganisasikan.  

IV.  KESIMPULAN
Memori adalah kemampuan untuk mengenal objek rangsang (input, stimulus) dan mengambil alih informasi tersebut ke dalam sensory register (acquisition) untuk kemudian disimpan dalam proses pengundangan (stogare), dan dipanggil kembali pada saat dibutuhkan (retieval, recall). Dalam memori juga ada hal tentang lupa yang disebabkan oleh gagalnya pemanggilan ingatan pada otak kita. Untuk meningkatkan kembali ingatan kita ada beberapa cara yang telah tertera pada pembahasan, serta sifat-sifat ingatan, yaitu: ingatan yang mudah dan cepat, ingatan yang setia, ingatan yang teguh atau kuat, ingatan yang luas, igatan yang siap, dan ingatan yang mudah dan patuh.

V.  PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sampikan. Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang telah pemakalah buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mencapai kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pelajaran kepada kita semua. Amin.......












                                                DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum Dan Perkembangan. Bandung: Mizan Media Utama.
Dakir. 1970. Psychologi Umum.  Yogjakarta: FIK-IKIP Yogjakarta.
Sujanto, Agus. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Saleh, Abdul. 2008. Psikologi Suatu Pengantar: Dalam Perspektif  Islam. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Sarwono, Sarwito Wirawan. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogjakarta: ANDI.





















[1] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarata: ANDI, 2004), hlm. 145.
[2] Akyas Azhary, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Bandumg: Mizan Media Utama, 2004), hlm. 99.
[3] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 41.
[4]Ibid, hlm. 43.
[5] Dakir, Psychologi Umum, (Jogjakarta: FIP-IKIP Jogjakarta, 1970), hlm. 100.
[6] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1976), hlm. 51.
[7] Ibid, hlm. 49.