Jumat, 23 Desember 2011

Psikologi Agama


PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA

  1. PENDAHULUAN
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itubukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan riset dan hasil observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Berdaberdasarkan kesimpulan diatas, manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitive hingga yang paling modern. 1
Begitu halnya dengan anak-anak dan remaja, mereka juga memiliki keinginan-keinginan untuk mengabdikan diri mereka kepada Tuhan. Akan tetapi masa remaja itu adalah masa yang penuh dengan kegoncangan. Hal itu disebabkan karena adanya pengaruh yang terus-menerus mengeniai diri mereka. Baik pengaruh dari internal maupun eksternal. Dalam pembahasan kali in pemakalah akan menjelaskan bagaimana fase-fase perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja.
  1. POKOK PERMASALAHAN
  1. Siapakah anak dan remaja itu?
  2. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada anak?
  3. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?



  1. PEMBAHASAN
  1. Siapakah anak dan remaja itu?
umur 0-4 atau 5 tahun masa kanak-kanak (infancy), tahap ini di dominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi yaitu masa manusia masih sama dengan binatang. Umur 5-12 tahun, tahap ini mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi manusia, perasaan-perasaan yang dominan dalam periode ini adalah ingin main-main, lari-lari, loncat-loncat dan sebagainya. Yang pada intinya untuk melatih ketajaman indera dan ketrampilan anggota tubuhnya. 2
Sangatlah dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa atau seseorang yang menunjukkan perilaku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya, mendefinisikan pemuda ternyata tidak semudah itu.3
Umur 15-20 tahun dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi dalam tahap ini terjdi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri gejala lain yang juga timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks.4
Remaja dalam rangkaian hidup seseorang, berarti individu yang berkembang menjadi penuh dewasa dan nantinya akan menjadi orang tua. Kenyataan menunjukkan adanya fase-fase perkembangan manusia, dari kanak-kanak menjadi anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan masa tua. Lebih jauh para ahli ilmu jiwa perkembangan merinci pembahasannya tentang psikhis menjadi:
  • Fase prenatal, Bayi (0-3 tahun)
  • Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
  • Anak sekolah (6-12 tahun)
  • Pemuda/remaja (13-22 tahun)
  • Dewasa (23-45 tahun) atau (17-40 tahun)
  • Dan masa tua.5
Menurut penyelidikan para ahli ilmu jiwa, jangka masa tiap-tiap masa tersebut berbeda-beda. Demikian pula masa remaja. Justru karena itu, maka mereka tidak mempunyai kata sepakat tentang berapa panjangnya masa remaja tersebut.6 Sebagian mengatakan umur remaja itu 15 tahun. Adapula yang mengatakan 18 tahun. Dan tidak sedikit yang mengatakan sempai 21 tahun. Kendati demikian, namun para ahli mengambil patokan antara 13-21 tahun adalah umur remaja.7
Dalam usia ini dikenal adanya tiga fase. Yaitu fase pueral, fase negative, dan fase puberitas.?
  1. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada anak?
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh.8
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan jiwa keagamaan pada anak-anak itu melalui beberapa fase. Ia mengatakan bahwasanya ada tiga fase:
  1. The Fairy Tale Stage (fase dongeng)
Fase ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada fase ini konsep tentang Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.

  1. The Realistic Stage (fase kenyataan)
Fase ini dimulai sejak anak asuk sekolah dasar hingga ke usia adolesense. Ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas).

  1. The Individual Stage (fase individu)
Pada fase ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.9
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan cirri yang mereka miliki. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.
  1. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.
Menurut W. Starbuck perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan jasmani dan rohaninya:
  1. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama merakapun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, social, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
  1. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. kehidupan religious akan cenderung mendorong remaja lebih dekat kearah hidup yang religious pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual.

  1. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan mereka, timbul konfik antara pertimbangan moral dan material. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka jiwa mereka lebih cenderung untuk bersikap materialis.

  1. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasaberdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Type moral para remaja juga mencakup self-directive, adaptive, submissive, unadjusted, dan deviant.

  1. Sikap dan Minat
Sikap dan minat para remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan mereka waktu kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.

  1. Ibadah
Pandangan remaja terhadap ajaran agama, ibadah, dan masah doa hanya 17% yang mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan tuhan, sedangkan 26% diantaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media meditasi.10



  1. KESIMPULAN
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itubukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan riset dan hasil observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya.
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.

  1. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak dan Remaja. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
1 Jalaluddin. Psikologi Agama. Jkarta: PT. Raja Grafindo Persada.2005. Hal. 53

2 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 2.

3 Ibid, hal. 4.

4 Ibid, hal. 6.

5 Agus suyanto dalam muslich. Psikologi Perkembangan. Jakarta. 1981. Hal. 174

6 Zakiah Daradjat dalam muslich. Ilmu jiwa Agama. Hal. 88

7 Ibid. hal. 89

8 http://ramdonisuka.blogspot.com/2011/03/perkembangan-jiwa-beragama-pada-masa.html

9 Jalaluddin. Psikologi Agama. Jkarta: PT. Raja Grafindo Persada.2005. Hal. 66-67

10 Ibid. hal. 77



DAFTAR PUSTAKA
Haris, Yuke. 2007. Psikologi Baru Pengembangan Diri. Yogyakarta: Pustaka Baca.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Muslich. 1924. Karsa Menegakkan Jiwa Agama Pada Diri Remaja. Jakarta: DEPAG RI.
Wirawan, Sarlinto.2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo Persada.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar