HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON MUSLIM DALAM PERSPEKTIF SURAT AL MAIDAH
AYAT 82
I.
PENDAHULUAN
Islam
adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara
keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan penegakan keadilan dan
eliminasi kezaliman, juga meletakan pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan
himbauan kepada umat manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan
toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia
pada awalnya berasal dari asal yang sama.
Dalam
konteks hubungan dengan non-Muslim, Islam selain menetapkan persamaan dan
keadilan sebagai dasar utamanya, juga menegaskan prinsip tolerasi yang tidak
kalah pentingnya dengan prinsip persamaan dan keadilan.Allah selalu
mengingatkan untuk menghormati hubungan yang berdasarkan persaudaraan
kemanusiaan dan Allah melarang umat Islam melukai perasaan non-muslim, dengan
mencela ajaran agama mereka.
Karena
Allah telah memerintahkan untuk menjaga hubungan muslim dengan non muslim,
tentu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan ‘muslim’ maupun ‘non muslim’
dalam pandangan Islam. Orang
Muslim adalah orang yang menerima, melakukan perintah Allah tanpa syarat dan
orang yang mengikuti risalah Rasulullah dan meyakini akan kebenarannya.
Orang Non-muslim adalah orang yang tidak menganut agama Islam. Tentu saja
maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama saja, tapi akan mencakup
sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya.[1]Al Qur’an menyebutkan kelompok non muslim ini secara umum dalam surat Al-Hajj ayat 17 :
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani,
orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi Keputusan di
antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”
Persamaan
adalah prinsip mutlak dalam Islam dalam membina hubungan sesama manusia tanpa
beda seperti ditegaskan Rasulullah Saw dalam hadis yang diriwayatkan Anas bin
Malik:“(Asal usul) Manusia adalah sama, tidak berubah seperti gigi. Kelebihan seseorang hanya terletak pada
ketaqwaannya kepada Allah Swt.
Maka dari kita
harus menjaga hubungan silahturahim
antara Muslin dan non Muslim, saling memberikan balasan dalam urusan dunia. Di
samping menyambung tali silahturahim yang baik merupakan pemikat sehingga orang
kafir mau masuk Islam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Teks dan Terjemah
B.
Mufrodat
C.
Sabab Nuzul
D.
Munasabah
E.
Tafsir
F.
Hikmah dan Hukum
III.
PEMBAHASAN
A.
Teks dan Terjemah
¨byÉftGs9
£x©r&
Ĩ$¨Y9$#
Zourºytã
tûïÏ%©#Ïj9
(#qãYtB#uä
yqßguø9$#
úïÏ%©!$#ur
(#qä.uõ°r&
(
cyÉftGs9ur
Oßgt/tø%r&
Zo¨uq¨B
z`Ï%©#Ïj9
(#qãYtB#uä
úïÏ%©!$#
(#þqä9$s%
$¯RÎ)
3t»|ÁtR
4
Ï9ºs
¨br'Î/
óOßg÷YÏB
úüÅ¡Åb¡Ï%
$ZR$t7÷dâur
óOßg¯Rr&ur
w
tbrçÉ9ò6tGó¡t
ÇÑËÈ
Artinya: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan
karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.”
B.
Mufrodat
العداوة : kebencian yang tampak pada perkataan dan perbuatan
الموادة : kecintaan yang tampak pada
perkataan dan perbuatan
قسيسين : kata jamak dari قسس
yang artinya kepala agama yang ada di gereja, jadi قسيسين artinya para
pendeta
رهبا نا : kata jamak dari راهب rahib, yaitu orang
yang mengasingkan diri di tempat-tempat peribadatan untuk beribadah.
C.
Sabab Nuzul
Dalam suatu
riwayat dikemukakan bahwa an-Najasyi mengirim tiga puluh orang sahabat
terbaiknya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah membacakan surat Yasin kepada
mereka, sehingga mereka menangis. Maka turunlah ayat ini ( Q.S. 5 al-Maidah: 82
) yang menceritakan adanya kaum rahib dan pendeta Nasrani yang tidak sombong
dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah. ( HR. Ibnu Abi Hatim
dari Sa’id bin Jubair)[2]
D.
Munasabah
Surat Al-Maidah
ayat 82 menjelaskan tentang hubungan kaum Nasrani, Yahudi dan Muslim memiliki
hubungan atau munasabah dengan sural al-Maidah ayat 83 yaitu:
#sÎ)ur
(#qãèÏJy
!$tB
tAÌRé&
n<Î)
ÉAqߧ9$#
#ts?
óOßguZãôãr&
âÙÏÿs?
ÆÏB
ÆìøB¤$!$#
$£JÏB
(#qèùztä
z`ÏB
Èd,ysø9$#
(
tbqä9qà)t
!$uZ/u
$¨YtB#uä
$uZö;çGø.$$sù
yìtB
tûïÏÎg»¤±9$#
ÇÑÌÈ
Artinya: “ dan apabila mereka mendengarkan
apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan
air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari
Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah
beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).”
Ayat ini
menjelaskan lebih lanjut sikap orang-orang Nasrani yang diuraikan oleh ayat
yang lalu. Kalau akhir ayat yang lalu menyatakan bahwa mereka tidak
menyombongkan diri, maka hal itu disebabkan karena ketulusan jiwa serta
kehalusan hati mereka. Dan sehingga apabila mereka mendengar apa yang
diturunkan kepada Rasulullah, yaitu Al-Qur’an, engkau melihat mata mereka penuh
dengan air mata, sehingga wadahnya tidak lagi dapat menampungnya dan akhirnya
melimpah dengan air mata keharuan.
E.
Tafsir
¨byÉftGs9
£x©r&
Ĩ$¨Y9$#
Zourºytã
tûïÏ%©#Ïj9
(#qãYtB#uä
yqßguø9$#
úïÏ%©!$#ur
(#qä.uõ°r&
(
Penjelasan
ayat ini berbentuk sumpah. Sungguh, wahai Rasul, kamu benar-benar akan
mendapati orang paling keras permusuhannyaterhadap orang – orang yang
membenarkan dan mengikutimu serta apa
yang kamu bawa kepada mereka, adalah orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin dari
kalangan para penyembah berhala. Mereka menjadikannya sebagai Tuhan.Baik kaum
Yahudi maupun kaum musyrikin, sama-sama mempunyai beberapa sifat dan akhlak
yang membuat mereka sangat memusuhi kaum mukminin, seperti sombong, kasar,
egois dan cinta kepada kehidupan yang material. Akan tetapi, kaum musyrikin arab, berdasarkan kejahiliyahannya,
lebih lembut hatinya daripada kaum Yahudi, lebih dermawan dan mengutamakan
orang lain.
Allah menyebutkan kaum Yahudi lebih dahulu daripada kaum musyrikin
untuk mengisyarakatkan
bahwa kejelekan sifatnya melebihi kaum musyrikin Arab, di samping suka membunuh
sebagian lainnya, bahkan mempunyai kebiasaan menghalalkan memakan harta orang lain dengan cara batil.
Kalaupun bergabung bersama kaum Muslimin di Palestina, Syam dan
Andalusi, itu tidak lain disebabkan mereka mencari kemaslahatan khusus di balik
semua itu. Sebab, dengan demikian mereka bernaung di bawah keadilan kaum
Muslimin dan merasa aman dari kepungan kaum Nasrani.
cyÉftGs9ur
Oßgt/tø%r&
Zo¨uq¨B
z`Ï%©#Ïj9
(#qãYtB#uä
úïÏ%©!$#
(#þqä9$s%
$¯RÎ)
3t»|ÁtR
4
Kemudian, sungguh kamu akan mendapati orang
yang paling dekat kecintaanya kepada orang-orang yang membenarkan dan beriman
kepadamu, adalah orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah
orang-orang Nasrani”. Nabi Saw, telah melihat sendiri bahwa kaum Nasrani
Habasyah memberikan kecintaan yang sangat baik, yaitu dengan memberikan
perlindungan kepada para Muhajirin yang diutus Rasulullah, karena dikhawatirkan
kaum Musyrikin Makkah akan menganiaya mereka dengan penganiyaan yang berat
untuk menganggu keberagamaan mereka.
Ketika Rasulullah, mengirim surat kepada para raja dan pemimpin
bangsa, kaum Nasrani adalah kaum yang paling baik dalam memberikan jawaban.
Heraclius, Raja Romawi, di
Syam berusaha meyakinkan rakyatnya untuk menerima Islam.Namun, tidak bisa
karena tradisi telah mendarah daging pada diri mereka.Sebab itu, dia cukup
memberikan penolakan secara baik. Muqauqis, pembesar Kibti( kabilah yang paling
cepat menerima Islam ) di Mesir, lebih baik penolakan dari pada Heraclius,
kalaupun tidak dikatakan lebih cenderung untuk masuk Islam. Dia telah
mengirimkan hadiah untuk rasulullah.Kemudian, ketika kaum muslimin berhasil
menaklukkan Mesir dan Syam, dan para penduduknya mengetahui kelebihan Islam,
dia langsung mendorong rakyatnya untuk masuk Islam secara berbondong-bondong.
Allah menerangkan sebab kaum Nasrani mencintai kaum Mu’minin :
Ï9ºs
¨br'Î/
óOßg÷YÏB
úüÅ¡Åb¡Ï%
$ZR$t7÷dâur
óOßg¯Rr&ur
w
tbrçÉ9ò6tGó¡t
Kecintaan
ini disebabkan di antara mereka teradapat para pendeta yang menyampaikan
ajaran-ajaran keagamaan, memperbaiki akhlak dan mendidik mereka dengan berbagai
etika dan keutaman. Para rahib juga sedang melatih mereka agar terbiasa
berzuhud dan berpaling dari segala kesenangan dunia, serta menanamkan di dalam
jiwa mereka rasa takut kepada Allah dan mengasingkan diri untuk beribadah.
Di
samping itu, mereka tidak enggan untuk tunduk kepada kebenaran apabila ada
sesuatu yang terlihat benar.Sebab, di antara keutamaan agama mereka adalah
adanya sikap merendahkan diri dan taat kepada setiap perintah.Bahkan mereka
diperintahkan untuk mencintai musuhnya, semua itu dapat berpengaruh terhadap
mayoritas umat.Diketahui, bahwa kaum Nasrani menerima kekuasaan orang yang
bertentangan dengan mereka, baik karena terpaksa maupun dengan sukarela.Berbeda
dengan kaum Yahudi, apabila mereka nampak terpaksa harus rela, maka mereka
segera membuat tipu daya.Hal ini disebabkan syari’at Yahudi telah melahirkan
fanatisme-nasionalisme di dalam jiwa mereka.[3]Ditambah
lagi bahwa masyarakat Nasrani memiliki perasaan halus, tenggang rasa, tidak
seperti orang Yahudi yang menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan dan
anak kesayangan Tuhan.
Kendati
perbedaan antara ajaran Tauhid antara Islam dan Yahudi tidak semenonjol dan
sebesar perbedaannya dengan ajaran Kristen, namun karena pada mereka terdapat
factor iri hati serta kepentingan ekonomi maka kebencian mereka menjadi
besar.Berbeda dengan kaum Nasrani, yang disamping tidak adanya persaingan
ekonomi, juga karena para pemuka agama Nasrani berhasil mengajarkan nilai-nilai
spiritual kepada para penganutnya.[4]
Dalam konteks hubungan dengan non-Muslim, Islam selain menetapkan
persamaan dan keadilan sebagai dasar utamanya, juga menegaskan prinsip tolerasi
yang tidak kalah pentingnya dengan prinsip persamaan dan keadilan.Allah selalu
mengingatkan untuk menghormati hubungan yang berdasarkan persaudaraan
kemanusiaan dan Allah melarang umat Islam melukai perasaan non-muslim, dengan
mencela ajaran agama mereka.
Al-Qur’an menghimbau umat manusia yang berbeda latar belakangan
ras, warna, bahasan dan agama agar hidup berdampingan dalam suasana penuh
kedamaian dan toleransi. Bila terjadi pertikaian, perselisihan dan permusuhan
karena sebab-sebab tertentu, petunjuk Allah kepada umat Islam agar bersikap
toleransi, memaafkan, yang buruk dibalas dengan yang baik dan musuh bebuyut
menjadi teman yang baik.
Prinsip inilah yang seharusnya yang dipakai umat Islam dalam
bergaul dengan berbagai suku bangsa sesuai dengan firman Allah surat Fuhsilat
34-35 :
wur
ÈqtGó¡n@
èpoY|¡ptø:$#
wur
èpy¥Íh¡¡9$#
4
ôìsù÷$#
ÓÉL©9$$Î/
}Ïd
ß`|¡ômr&
#sÎ*sù
Ï%©!$#
y7uZ÷t/
¼çmuZ÷t/ur
×ourºytã
¼çm¯Rr(x.
;Í<ur
ÒOÏJym
ÇÌÍÈ $tBur
!$yg9¤)n=ã
wÎ)
tûïÏ%©!$#
(#rçy9|¹
$tBur
!$yg8¤)n=ã
wÎ)
rè
>eáym
5OÏàtã
ÇÌÎÈ
Artinya: “dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia(34). Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang
besar
(35).”
Bahkan Al Qur’an tidak sekedar menghimbau umat
Islam agar bersikap toleransi yang dianggap sebagai syarat mutlak bagi
kehidupan yang damai, tetapi meminta komitmen mereka agar bersikap adil. Bukan dalam arti dapat menerima orang lain saja, tetapi harus menghormati
budaya, kepercayaan dan distinksi peradabannya. Hal yang dimaksud firman Allah
Swt surat Al-Mumtahanah ayat 8 :
w â/ä38yg÷Yt
ª!$#
Ç`tã
tûïÏ%©!$#
öNs9
öNä.qè=ÏG»s)ã
Îû
ÈûïÏd9$#
óOs9ur
/ä.qã_Ìøä
`ÏiB
öNä.Ì»tÏ
br&
óOèdry9s?
(#þqäÜÅ¡ø)è?ur
öNÍkös9Î)
4
¨bÎ)
©!$#
=Ïtä
tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$#
ÇÑÈ
Artinya: “Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”
Ada tiga petunjuk Tuhan dalam ayat diatas, yaitu (1) Allah Swt
tidak melarang bersikap toleransi dengan orang lain, (2) Toleransi dengan orang tidak menyerang umat
Islam dan dalam kehidupan yang damai, santun dan fair adalah keadilan itu
sendiri, (3) penegasan bahwa siapa yang mengambil jalan toleransi ini memperoleh
kasih sayang Allah. Dengan cara yang meyakinkan ini, pesan Allah Swt dengan
gampang dan mudah dapat diterima jiwa manusia, sekaligus sosialisasi prinsip
toleransi di kalangan masyarakat dapat dicapai dengan baik.
Ajaran toleransi ini sangat mendasar dalam Islam terutama bila
terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan. Tapi kapan dan apapenyebab
terjadinya perselihan atau konflik yang tidak jarang memunculkan sikap
kebencian, permusuhan terhadap orang lain dan bertentangan dengan prinsip
toleransi.
Selain itu, Allah juga menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa UtusanNya,
nabi Muhammad hanya ditugaskan untuk menyebar-luaskan agama Islam, bukan untuk
memaksa orang masuk Islam.,
Katakanlah : “Hai Ahli Kitab mari kembali kepada kalimat moderat
yang sama-sama terdapat di kalangan kita, yaitu peribadatan hanya kepada Allah
Swt, jangan mempersekutukannya. Jangan kita saling mematuhi halal atau haram yang tidak ditetapkan Allah Swt. Kalau
mereka enggan dengan himbauan yang benar, katakan kepada mereka: “Kami hanya
patuh dan taat kepada ketentuan dari Allah Swt dan dedikasi kami hanya untuk
ini, dan tidak untuk yang lainnya”.
Secara historis, terdapat sejumlah bukti sejarah yang menunjukkan
bahwa Rasulullah Saw dan para sahabat menerapkan prinsip toleransi yang disebut
Al Qur’an tadi dalam hubungan dengan kelompok non muslim. Antara lain adalah
perjanjian-perjanjian yang dilakukan nabi Muhammad Saw dengan kabilah Tughlub yang isinya membiarkan
mereka menganut agama sendiri di luar Islam; perjanjian dengan masyarakat
Nasrani di Najran dan Yahudi di beberapa kawasan sekitarnya yang intinya
memberikan kebebasan beragama, melaksanakan ritual peribadatan dan mendirikan
gereja dan sebagainya. Termasuk juga perjanjian dengan kaum musyrik Makkah
waktu itu yang pada dasarnya menunjukkan sikap tolerasi yang luar biasa.
Sikap toleransi Rasulullah terhadap mantan musuh yang dahulunya
memperlakukan Nabi secara tidak manusiawi, juga menjadi bukti sejarah atas
komitmen untuk tetap dalam koridor prinsip toleransi yang ditetapkan Al-Qur’an.
Ketika kota Mekkah ditaklukan dan Rasulullah memasuki kota tersebut sebagai
pemimpin yang menang dalam peperangan, bertanya kepada kaum Quraisy: “Kira-kira
tindakan apa yang akan aku lakukan kepada kalian?. Mereka menjawab: “Kebaikan,
saudara kami atau anak saudara kami”. Rasulullah bersabda: “Silahkan pergi,
kalian bebas. Kesalahan kalian dimaafkan.Mudah-mudahan Allah Swt memberi ampunan
bagi kalian, karena Dia Maha Pengampun”.
Bahkan untuk menghormati hubungan yang berdasarkan persaudaraan
kemanusiaan dan prinsip toleransi, Allah Swt melarang umat Islam melukai
perasaan non-muslim, dengan mencela ajaran agama, meskipun animisme spt dimaksud
dalam Al Qur’an dalam al-An’am, ayat 108:
wur
(#q7Ý¡n@
úïÏ%©!$#
tbqããôt
`ÏB
Èbrß
«!$#
(#q7Ý¡usù
©!$#
#Jrôtã
ÎötóÎ/
5Où=Ïæ
3
y7Ï9ºxx.
$¨Yy
Èe@ä3Ï9
>p¨Bé&
óOßgn=uHxå
§NèO
4n<Î)
NÍkÍh5u
óOßgãèÅ_ó£D
Oßgã¥Îm7t^ãsù
$yJÎ/
(#qçR%x.
tbqè=yJ÷èt
ÇÊÉÑÈ
Artinya:
“dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan
kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Sejalan dengan itu, Yusuf al-Qardhawi
berpendapat bahwa istilah ‘kafir’ dan ‘musyrik’ sudah waktunya diganti dengan
sebutan ‘non-muslim’, sehingga dengan persaudaraan kemanusian tercipta
perdamaian abadi di kalangan umat beragama.
F.
Hikmah dan Hukum
1.
Hikmah
-
Hubungan persaudaraan kemanusian berjalan dengan baik dan
terciptanya perdamaian di kalangan umat beragama.
-
Bisa menghargai ideology orang lain dalam beragama.
-
Saling toleransi antar sesama agama.
-
Menciptakan tali silaturrahim antar umat beragama.
2.
Hukum
-
Allah mengajurkan untuk mencintai dan
menyayangi sesama Muslim dan non Muslim.
-
Allah mewajibkan kepada kaum Mu’minin supaya menjaga hubungan
kepada kaum Muslim dan non muslim
-
Mewajibkan memberikan kesaksian dan keputusan
hukum dengan adil, serta memberikan kesamaan antara kaum muslimin dengan bukan
muslimin, dan antara musuh dengan kawan.
-
Tidak boleh menikah beda agama dan tidak boleh menyembah selain
Allah.
IV.
ANALISIS
Setelah kita mempelajari tentang ayat-ayat yang menerangkan tentang
hubungan orang Muslim dan non Muslim dan bahwasannya ayat-ayat tersebut betapa
pentingnya untuk diketahui orang Muslim, karena dengan adanya berbagai penjelasan
tentang hubungan dan hak-hak orang muslim dan non muslim akan terwujudnya
hubungan yang baik, saling menghargai sesama manusia walaupun beda agama, terciptanya
perdamaian, toleransi dan lingkungan yang harmonis.
V.
KESIMPULAN
Orang Muslim adalah orang yang menerima, melakukan perintah Allah
tanpa syarat dan orang yang mengikuti risalah Rasulullah dan meyakini akan
kebenarannya. Orang Non-muslim adalah orang yang tidak
menganut agama Islam.Tentu saja
maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama saja, tapi akan mencakup
sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya. Surat
Al-Maidah ayat 82 menjelaskan tentang hubungan kaum Nasrani, Yahudi, dan Muslim
atau muslim dengan non Muslim.
Dalam konteks hubungan dengan non-Muslim, Islam selain menetapkan
persamaan dan keadilan sebagai dasar utamanya, juga menegaskan prinsip tolerasi yang tidak kalah pentingnya dengan
prinsip persamaan dan keadilan.Allah selalu mengingatkan untuk menghormati
hubungan yang berdasarkan persaudaraan kemanusiaan dan Allah melarang umat
Islam melukai perasaan non-muslim, dengan mencela ajaran agama mereka.
VI.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampikan. Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang telah
pemakalah buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah
mengharapkan masukan dari semua pihak yang bersifat membangun untuk mencapai
kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan pelajaran kepada kita semua. Amin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar